Jumat, 19 Agustus 2011

Pertamina EP Ambil Alih 1 Ladang Gas Cepu

Anak perusahaan PT Pertamina (Persero), PT Pertamina EP Cepu menjadi operator ladang gas Jambaran (KKS Blok Cepu) - Tiung Biru (KKS Blok Pertamina EP). Perusahaan menjanjikan efisien pengelolaan gas di ladang ini bisa mencapai US$900 juta.

Vice President Corporate Communication Pertamina (Persero) Mochamad Harun mengatakan pengembangan dan pengintegrasian ladang gas Jambaran-Tiung Biru diambilalih oleh Pertamina EP agar pengembangan gas lebih fokus dan efisien. Sedangkan ExxonMobil nantinya diharapkan fokus dalam mengembangkan minyak bumi di Cepu.

"Jambaran itu bagian dari Blok Cepu, disebelahnya ada Tiung Biru, ini yg disinergikan pengembangannya," kata Harun, di Jakarta, Jumat 19 Agustus 2011.

Harun menjelaskan Pertamina menjanjikan efisiensi dalam mengelola gas Jambaran-Tiung Biru. Efisiensi yang ditawarkan Pertamina mencapai US$900 juta dengan total biaya pengembangan lapangan Gas hanya US$1,2 miliar.

"Tawaran sebelumnya untuk mengembangkan lapangan tersebut US$2,1 miliar, nanti dikelola pertamina EP Cepu jadi US$1.2 miliar. Operator unitisasi pengembangan ladang Jambaran di bawah kendali Pertamina maka biaya-biaya yang timbul akan lebih efisien, terutama menyangkut keterlibatan tenga ekspatriat dikurangi," jelasnya.

Menurut Harun cadangan terbukti lapangan gas Jambaran sebesar 1,1 triliun kaki kubik (TCF). Diharapkan lapangan gas Jambaran sudah dapat berproduksi pada awal 2015 dengan perkiraan produksi sebesar 200 juta kaki kubik per hari.

"Alokasi gas Untuk kebutuhan dalam negeri. PLN dan Petrokimia Gresik sudah mau karena kebutuhan gas di Jawa Timur sangat besar," katanya.

Blok East Natuna
Sementara itu untuk eksplorasi dan eksploitasi Blok East Natuna, Pertamina bersama ExxonMobil, Total dan Petronas telah menandatangi perjanjian prinsip atau Principles of Agreement (PoA) terkait rencana eksplorasi dan eksploitasi wilayah East Natuna.

Dirjen Migas, Evita Legowo menyatakan (PoA) ini untuk melanjutkan proses persiapan suatu kontrak kerjasama Wilayah East Natuna yang akan ditandatangi kemudian.

Proyek gas East Natuna diperkirakan memiliki cadangan 46 triliun kaki kubik. Namun, proyek itu tercatat memiliki kandungan gas CO2 sebesar 71 persen sehingga membutuhkan waktu pengembangan 6-10 tahun.

Direktur Hulu Pertamina (Persero) Muhammad Husein menjelaskan Pertamina menginginkan kontrak bagi hasil (PSC) antara Pertamina dengan ExxonMobil, Total dan Petronas ini akan diselesaikan akhir Oktober.

"Share di Natuna masih dibicarakan tapi kita berkeinginan untuk menjadi operator sehingga tentunya jadi mayoritas," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar